Breaking News

Sejarah Kolonialisme Jaman Hindia Belanda (part 16)

Jakarta – Pada tanggal 16 Desember 1822, Hamengkubuwana IV meninggal di usia yang masih 19tahun. Saat itu Permaisuri Hamengkubuwana II ( Ratu Ageng ) dan Permaisuri Hamengkubuwana IV ( Kanjeng Ratu Kencono ) memohon kepada Belanda untuk mengukuhkan anaknya.

Pada saat itu sang Permaisuri serta Ratu memohon kepada Belanda agar dapat segera mengukuhkan Hamengkubuwana V sebagai pemimpin selanjutnya.

Hamengkubuwana V masih berusia 2 tahun, pada usia itu tentunya siapa yang akan menyangka bahwa anak itu adalah calon penerus kesultanan. Kala itu sang Ratu serta Permaisuri juga meminta agar Paku Alam tidak lagi menjabat menjadi wali.

Saat itu, Pangeran Diponegoro ditunjuk sebagai Wali bagi keponakan nya serta Mangkubumi.

Baca Juga :

Hendrik Smissaert adalah orang yang terlibat dalam penunjukan pengganti Hamengkubuwana III yang meninggal mendadak kala itu, Simssaert tentu sangat menikmati. Tapi ini juga merupakan satu penghinaan untuk masyarakat jawa.

Pada pertengahan bulan mei 1825, Smissaert melakukan pembangunan serta perbaikan jalan yang pada awalnya dari Yogyakarta ke Magelang melewati Muntilan namun belok hingga melewati pagar timur Tegalrejo. Pada saat itu Patih Danurejo tidak memberitahu mengenai keputusan itu kepada sang Wali, akhirnya sang Pangeran mengetahui dari patok patok yang di pasang pada saat pembangunan jalan tersebut.

Pangeran Diponegoro menyuruh agar patok-patok tersebut diganti dengan tombak sebagai tanda bukti pernyataan perang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *